oleh Lie Herlie Dewi S. dan Inneke Bahtiar. Dengan menggunakan sampel data berupa export Indonesia ke 37 negara, output yang dihasilkan menunjukkan bahwa ekspor ditentukan oleh variabel GDP negara tujuan dan jarak. GDP negara tujuan mempunyai koefisien ...
‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ ‌ 

Click here to read this mailing online.

Your email updates, powered by FeedBlitz

 
Here is a sample subscription for you. Click here to start your FREE subscription


  1. Model Jacob Wanjala Musila: Pangsa Pasar Ekspor Indonesia
  2. Model Murray, Evans, dan Schwar: Evaluasi Kinerja APBD di Jawa Timur
  3. Model Faig dan Jerez: Obligasi Republik Indonesia
  4. Cororaton's Model: Total Factor Productivity Growth
  5. Model Capital Inflow Hooper dan Kim
  6. More Recent Articles

Model Jacob Wanjala Musila: Pangsa Pasar Ekspor Indonesia

oleh Lie Herlie Dewi S. dan Inneke Bahtiar

Dengan menggunakan sampel data berupa export Indonesia ke 37 negara, output yang dihasilkan menunjukkan bahwa ekspor ditentukan oleh variabel GDP negara tujuan dan jarak. GDP negara tujuan mempunyai koefisien positif sedangkan jarak negara tujuan dengan Indonesia mempunyai koefisien negatif. Jumlah populasi justru tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan demikian juga kawasan ASEAN. Dengan kata lain, kawasan ASEAN masih belum mempunyai peran yang signifikan sebagai pasar ekspor Indonesia, sementara pangsa pasar negara-negara ASEAN masih mengandalkan pasar Amerika dan Jepang. Tidak heran, karena negara tersebut mempunyai GDP perkapita sebesar $50,000. Jelas merupakan pangsa pasar yang sangat menjanjikan. Sangat berbeda dengan common market di Afrika seperti temuan Musila.



Jacob Wanjala Musila, The Common Market for Eastern and Southern Africa and Kenya's Export Trade, International Journal of Social Economics, Vol 31, No 1/2, 2004, pp 67-77.
   

Model Murray, Evans, dan Schwar: Evaluasi Kinerja APBD di Jawa Timur

oleh Veronica Pangestu, Junico Affandi, Michael Singgih

Model yang diadopsi dari Murray dkk ini mengembangkan kinerja belanja publik terhadap pengeluaran perkapita masyarakat. Dengan menggunakan data sampel 10 kota di Jawa Timur dengan periode pengamatan 2001-2005, hasil estimasi menunjukkan bahwa alokasi dana APBD untuk pendidikan tinggi maupun kesejahteraan sosial secara statistik tidak berpengaruh terhadap pendapatan perkapita masyarakat. Pengaruh terbesar terhadap pendapatan perkapita adalah alokasi dana untuk pendidikan dasar 12 tahun (SD-SLTP), diikuti oleh pendidikan dasar. Dengan kata lain, alokasi dana pendidikan dasar dan kesehatan dasar justru bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Timur, namun tidak untuk dana kesejahteraan sosial. Sayangnya, rata-rata pendidikan penduduk Jawa Timur selama dua dasa warsa terakhir hanya berkisar 6 tahun.


Referensi model: Murray, Evans, dan Schwar, Education Finance Reform and the Distribution of Education Resources, American Economic Review, 1998



   

Model Faig dan Jerez: Obligasi Republik Indonesia

oleh Andreas Filipus Fego Djene (3021028), Erni Imelda (3041007), Tresya Linda Yana (3041013)

Dengan menggunakan data kuartalan antara 2001.1 sampai 2005.4 dengan kasus Indonesia, tulisan ini mengadopsi model Faig dan Jerez untuk menganalisis ORI (Obligasi Republik Indonesia). Secara statistik, jumlah uang beredar (M1) mempunyai pengaruh yang signifikan, namun tidak bagi GDP nasional. Meskipun memenuhi asumsi klasik (homoskedastis, tidak ada autokorelas, tidak ada pengaruh multikolinear, maupun memenuhi uji normalitas), model ini menunjukkan bahwa GDP tidak mempengaruhi besar obligasi pemerintah. Hal tersebut sangat mungkin untuk negara berkembang seperti Indonesia, di mana rata-rata GDP sangat kecil mengingat aktivitas ekonomi hanya terkonsentrasi di kota-kota besar saja. Padahal penduduk Indonesia banyak tersebar di berbagai pulau yang seringkali justru tidak ada aktivitas ekonomi yang menuntut peredaran uang.

Miquel Faig dan Belen Jerez, "Inflation, Prices, and Information in Competitive Search", www.benpres.com/bejm/advances/vol6/iss1/art3

   

Cororaton's Model: Total Factor Productivity Growth

Like Meiliani, Feni Lusiana, Evi Pratiwi

Dengan menggunakan data 5 kabupaten dan kota di Jawa Timur untuk periode 2001-2005, tulisan ini menerapkan model fungsi produksi yang dikembangkan oleh Cororaton. Hasil analisis dengan menggunakan
data pooling ini menunjukkan bahwa Perekonomian Jawa Timur cenderung dalam kondisi skala ekonomi konstan. Artinya, tanpa peningkatan teknologi, penambahan sumber daya manusia ataupun investasi tidak mempunyai nilai tambah yang relevan terhadap perekonomian.



   

Model Capital Inflow Hooper dan Kim

By Kukuh Sadewo (3041718) dan Angga (3031027)

Dengan menggunakan variabel bebas berupa peringkat kredit suatu negara, GDP, peringkat kinerja ekspor, rasio tabungan/GDP, tulisan ini memakai model Hooper dan Kim (2007) untuk menganalisis faktor penentu investasi dengan sampel 5 negara di Asia, yaitu Indonesia, Vietnam, Philippines, Malaysisa, Korea, dan India dengan periode waktu antara 2002 sampai 2005 (panel data). Setelah asumsi-asumsi klasik terpenuhi, hasil estimasi menunjukkan hanya dua variabel (
GDP dan peringkat kredit) mempunyai pengaruh secara konsisten baik pada model 1, 2, dan 3.

Vince Hopper and Suk-Joong Kim, "the determinant of capital inflows: does opacity of recipient country explain the flows?", Economic System 31 (2007) 35-48.

   

More Recent Articles


You Might Like